Tuesday, October 21, 2008

AGAR TULISAN SOULMATE

RESEP TULISAN BERJIWA.

Oleh Agung - Koran Jakarta

”Menulis itu sebagaimana kita belajar berenang. Jika tidak berani turun ke air, sampai kapan pun tidak mungkin bisa berenang. Begitu juga jika pingin jadi penulis, ya harus menulis,” pertuah dari sastarawan Helvy Tiana Rosa.

Salah satu pencetus Forum Lingkar Pena (FLP) tersebut memberikan resep, untuk dapat menulis itu harus rajin membaca agar memiliki wawasan yang luas. Membaca bukan hanya buku yang disenangi saja, namun membaca buku apa saja. Syarat tersebut belum termasuk baca koran, majalah, tabloid serta lingkungan yang ada disekitar kita.

Novelis Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) menambahkan, membaca merupakan sarana utama menuju ketrampilan menulis. Ibarat sebuah mobil, jika tidak ada bensinnya, tentu mogok. Begitu juga dengan penulis, jika tidak suka membaca, berarti jiwanya akan kosong. Banyak sedikitnya sumber bacaan itu akan tercermin dari karya tulis. Syarat lain menjadi penulis, lanjut Gola Gong, adalah menguasai 4 ketrampilan berbahasa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Empat Ketrampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan dengan cara seperti ini, kelak selain mahir menulis, mereka juga mahir berbicara di depan orang banyak. “Point terpenting lainya adalah latihan menulis, menulis dan menulis,” tandas penulis yang namanya melambung lewat novelnya Balada Si Roy.

BUKU HARIAN
Helvi mengamini kiat Gola Gong, latihan itu bisa dilakukan dengan menuliskan semua pengetahuan dan pengalaman baru setiap hari dalam buku harian. Boleh juga menulisnya dalam blog dan website pribadi. Untuk mengasah ketrampilan menulis itu juga dapat dilakukan dengan mencari sahabat pena untuk memberikan saran maupun kritik. “Dengan cara korespondensi tersebut kita akan semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas tulisan kita,” jelas perempuan yang menghasilkan tak kurang dari 600 cerpen, lebih dari 40 buku berupa kumpulan cerpen, novel, cerita anak, drama, kritik sastra, kumpulan esai, kumpulan puisi, dan sejumlah antologi bersama.

Penulis novel Laskar Pelangi, Adrea Hirata juga menawarkan kiat menjadi penulis yang professional. Jika ingin menghasilkan karya yang berkualitas hendaknya sering mengadakan penelitian tentang apa yang akan ditulis. Seorang penulis itu tidak hanya duduk di depan komputer atau laptop, ia harus terjun secara langsung ke lapangan untuk mengamati fenomena yang hendak di tulis.

Andrea memberikan contoh, ketika ingin menulis tentang kemacetan yang ada di Jakarta. Tentu seorang penulis harus paham bentul daerah-daerah yang menjadi titik macet di Jakarta. Dari kemacetan tersebut dampak yang ditimbulkan. Misalnya, polusi udara. Untuk itu, penulis juga harus paham dengan apa yang dimaksud dengan polusi tersebut. Bahkan alat ukur polusi itu harus diketahui bagaimana cara kerjanya. Oleh karena itu, penulis juga harus rajing-rajin ke perpustakaan atau toko buku untuk melakukan studi literature.

“Jadi belajar untuk menjadi penulis itu membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mengisi pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam memori otak. Oleh karena itu, saya tidak sepakat dengan pelatihan-pelatihan menulis yang hanya mengobral janji untuk menulis cepat. Sebab, hasil dari tulisan instant tersebut tentu tidak akan ada jiwanya,” cetus Andrea.(agung – Koran Jakarta)

1 comment:

kaiwansi said...

siip . . .